Wacana Kelima : Takjub

Subhanallah. Mungkin itu yang pertama terpikirkan saat mendengarkan kuliah 'Perilaku Udara' beberapa minggu terakhir ini. Dan untuk kesekian kalinya terbuktilah ucapan orang tua saya yakni "Semakin kamu mendalami ilmu yang kamu pelajari, maka kamu akan semakin sadar  kebesaran Tuhan".


Gak pernah terpikir sebelumnya bahwa sistem atmosfer kita begitu rumit, namun tertata dengan sangat baik dan memiliki mekanisme yang sistematis pada setiap lapisan dan senyawanya. Sistem ini yang mendukung kita bisa tetap hidup dengan nyaman di dunia.


Dari presentasi teman-teman saya tadi pagi mengenai Smog fotokima, sistem lapisan ozon si atmosfer, pemanasan global, pendinginan global dan lain-lain, saya makin tersentak. Semua yang saya sebutkan diatas adalah fenomena yang terjadi di atmosfer dan agaknya berdampak buruk bagi manusia. Seluruh fenomena tersebut memiliki sumber alamiah dan sumber buatan.


Saya awalnya agak kaget di bagian sumber alamiah. Kalau yang sumber akibat manusia sih wajar lah berdampak buruk bagi manusia. Kasarnya 'Petik lah apa yang sudah kau tuai' kata peribahasa. Tapi apakah Tuhan menciptakan sumber pencemar alami dengan maksud untuk memberikan dampak buruk bagi manusia? Kuliah hari ini benar-benar membukakan mata saya, ternyata seluruh pencemaran yang bersumber pada kegiatan alamiah memiliki mekanisme penyisihannya sendiri. Sebagai contoh, bagaimana fenomena global warming yang apabila tidak ada kegiatan manusia akan tetap terjadi karena perubahan orbit bumi. Hal ini tetap mampu didinginkan kembali dengan fenomena global cooling yang bisa berasal dari aerosol akibat letusan gunung berapi ataupun siklus karbon pada samudera. Dua hal tersebut merupakan hal-hal yang tidak bisa diatur oleh manusia. Hanya Tuhan yang mampu.


Contoh lain kebesaran Tuhan adalah bagaimana sistem ozon di atmosfer yang rumit namun secara gamblang memperlihatkan kebesaranNya. Ozon dibutuhkan untuk memfilter radiasi matahari namun disisi lain merupakan pencemar sekunder yang mengakibatkan kerusakan sistem pernapasan. Sistem atmosfer kembali dapat menjawab pertanyaan tersebut dan kembali itu bukan ranah manusia untuk mengaturnya.
Intinya, sumber pencemar alami itu sudah dapat ditanggulangi dengan berbagai mekanisme oleh alam iu sendiri. Namun pada kenyataannya dewasa ini faktor manusia menjadi agak dominan. Hal ini menghasilkan kompetisi antara pencemaran akibat kegiatan manusia dengan siklus self purification yang dimiliki alam. Jika siklus recovery alam terkejar oleh seluruh pencemaran antropogenik maka kesetimbangan ekologi akan runtuh. Mungkin itu yang disebut kiamat.


Akhir kata, berilah kesempatan bagi alam untuk dapat kembali berbenah untuk dirinya. Demi kesetimbangan kehidupan ini. Dan jika sudah sampai sini maka sudah bukan ranah rekayasa yang bisa dilakukan manusia.

Comments

Popular posts from this blog

HOBI : KAMERA ANALOG

Wacana Ketujuh : Wolves